GMKI adalah Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, merupakan salah satu organisasi mahasiswa Kristen Nasional yang sudah lama berdiri (sejak zaman penjajahan kolonialis Belanda). Pada waktu itu, dan dari waktu ke waktu (kecuali sekarang) tetap eksis dalam melayani kampus, gereja, dan Negara (tri panji GMKI).
Sangat disayangkan, GMKI sudah terlanjur dan terlena dalam politik prakris. Mohon maaf kepada para aktivis GMKI, saya berkata demikian karena saya tidak melihat GMKI bergerak. Baik di pusat maupun di cabang.
Saya tidak benci GMKI, tetapi justru ingin memberi saran kepada para aktivis karean saya masih cinta GMKI), dan kepada para senior member GMKI, dengan penuh pengharapan kiranya organisasi diberi evaluasi dan perhatian.
Di mana pelayananmu wahai GMKI-ku? Minimal melayani di gereja kalau kurang bisa melayani negara. Karena melayani gereja itu sudah termasuk melayani negara, sebab jemaat adalah warga negara yang ada di Indonesia.
Di manakah engkau GMKI? Apakah hanya kegiatan konsulatasi wilayah/nasional, kongres nasional, konferensi cabang, masa perkenalan saja yang perlu dilakukan? Menurut saya, itu perlu dilakukan tetapi yang lebih penting lagi adalah aplikasi/refleksi dari kegiatan tersebut, yakni melakukan pelayanan di bumi Indonesia ini.
Saya kurang tahu, apakah mahasiswa/i GMKI sibuk dengan perkuliahan di kampus? Memang tepat kalau kita lebih mengutamakan belajar sampai tuntas di kampus karena memang itu tujuan kita. Tapi jangan salah, jikalau kita sudah masuk dalam GMKI maka kita juga tetap eksis di dalamnya. Nah jiak begitu, maka kita harus menyeimbangkan kegiatan di kampus dan di organisasi. Bagaimana dengan senior members? Di mana perhatian mereka? Apakah sibuk dengan perusahaannya, pekerjaannya, atau ikut dalam politik? Tidak salah karena itu memang bagian yang di cita-citakan, tetapi selaku senior harus ada perhatian kepada generasi aktivis yang menjalankan organisasi. Seperti halnya dengan orang tua terhadap anak. Jika anak sudah dewasa dan berkeluarga orang tua tidak bisa begitu saja melepaskan tanggung jawabnya, artinya jika anak yang sudah dewasa/ berkeluarga meminta bantuan maka apa salahnya orang tua membantu sesuai dengan jalurnya. Jika anak tersebut melebih kapasitas permintaan (misal: minta bantuan melebihi kemampuan orang tua) itu sudah keterlaluan. Demikian halnya dengan GMKI, para aktivis jangan malu-malu minta bantuan kepada senior, dan di saat meminta bantuan jangan hanya materi saja yang diminta. Saran yang membangun juga perlu diminta dari senior. Tapi, permintaan bantuan jangan sampai merusak citra GMKI. Meminta bantuan ada batas, karena GMKI sudah berumur. Wajar memang meminta bantuan, karena para aktivis masih mahasiswa. Tetapi tidak wajar kalau ada pemaksaan.
Wahai GMKI, di manakah engkau? Tunjukkanlah tempat kehidupanmu, tunjukkanlah dirimu kepada kampus, gereja dan negara. Tapi jangan tunjukkan dirimu bahwa kamu itu hebat, melainkan tunjukkanlah bahwa kamu adalah pelayan Tuhan, untuk melayani kampus, masyarakat, dan negara.
Wahai GMKI yang ada di seluruh nusantara, dan yang ada di luar Indonesia, bersatulah kembali dan tunjukkan intergritas rasa kebangsaan, dan lakukanlah tri panji itu.
UT OMNES UNUM SINT....!
SYALOM....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar